Sabtu, 03 Januari 2009

Pemanfaatan Kotoran Sapi Karya Mahasiswa Pertanian UGM Menghasilkan Gerabah Yang Bernilai Tinggi

Pemanfaatan hasil limbah industri peternakan sapi selama ini sebagai bahan pupuk dan biogas telah berkembang dalam masyarakat.

Namun peningkatan nilai ekonomis dari pemanfaatan hasil limbah tersebut masih belum optimal dan masih banyak pemanfaatan bahan alami lainnya sebagai bahan pupuk organik seperti kotoran kambing, kotoran kerbau, jerami, sekam padi, lamtoro, semua bagian vegetatif tanaman dan eceng gondok. Sementara pemanfaatan limbah tersebut sebagai bahan biogas dalam waktu dekat ini belum berkembang dengan baik karena mahalnya pemasangan peralatan biogas.

Industri gerabah, yang sering disebut dengan tembikar atau keramik, merupakan salah satu jenis usaha yang mampu bertahan bahkan berkembang dalam kondisi krisis saat ini sementara sekian banyak jenis usaha lain mengalami kemacetan bahkan kehancuran. Dengan teknologi yang sederhana dan dikerjakan dengan tangan, kemudian dikeringkan, dibakar dengan tungku tradisional ternyata mampu mendatangkan keuntungan yang besar.

Bagi Daerah Istimewa Jogyakarta, keberadaan industri gerabah di Kasongan telah menjadikan salah satu ciri khas wilayah ini dan salah satu komoditi unggulan Daerah Istimewa Yogyakarta yang dikenal tidak saja karena mutu yang tinggi, desain yang variatif dan kualitas yang bagus, tetapi juga dari nilai ekspornya yang tinggi. Krisis moneter yang terjadi tidak berpengaruh terhadap kegiatan industri ini, bahkan dengan menurunnya nilai rupiah justru memberikan nilai ekspor yang tinggi karena semakin tingginya pasaran gerabah ke manca negara, seperti Australia, Amerika, Jepang, Belanda dan Perancis. Perkembangan teknologi dan cita rasa seni dari para pengrajin gerabah memberikan sentuhan seni yang tinggi, baik dari sisi bentuk gerabah itu sendiri maupun pemberian warna dan penutup gerabah dari bahan baku limbah lain seperti cangkang telur,eceng gondok dan pelepah pisang yang dikeringkan.

“Selama ini campuran gerabah memakai bahan campuran pasir. Pasir terdiri dari partikel yang cukup besar sehingga strukturnya berpencar dan tidak bisa mempertahankan kelembapan. Pasir cenderung meloloskan air terlalu cepat. Hal ini yang membuat kualitas gerabah kurang memuaskan. Untuk itu diperlukan suatu kreatifitas bahan dasar pembuatan gerabah yang lebih murah namun tidak mengurangi kualitas gerabah itu sendiri. Dengan itu kami memilih pengolahan limbah peternakan sapi sebagai bahan campuran untuk mengganti pasir yang mampu meningkatkan kualitas gerabah,” kata salahs atu anggota dari team gerabah sapi Syammahfudz Chazali mahasiswa angkatan 2003 Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada kepada Radar Jogja yang mewakili empat teman lainnya.

Syam begitu dirinya akrab di sapa menambahkan, awalnya ia mempunyai ide untuk mengubah kotoran sapi menjadi sesuatu yang berguna karena melihat kotorannya sendiri lalu berfikir apakah kototan ini dapat dijadikan pupuk atau biogas. ”Yang terpenting pemikiran awal adalah bisa dulu, urusan bagaimana cara pembuatannya itu urusan belakangan, kalau kita yakin bisa pasti sesuatu akan terjadi. Seperti kotoran sapi ini yang awalnya hanya sebagai limbah biasa saja tetapi kami ubah menjadi biogas dan sebagai bahan dasar dari gerabah,” tambahnya.

Penelitian yang sudah dilakukan dengan bantuan dana dari Proyek Due-Like Batch IV UGM tahun 2007, membuktikan bahwa kompos dari pengolahan limbah peternakan sapi sangat baik dijadikan bahan campuran pembuatan gerabah. “Sifat kotoran sapi yang telah di buat kompos mempunyai sifat mengikat ion sebagai bahan perekat dengan silikat sebesar 9,6 persen, sedangkan sifat tanah liat adalah mampu mengikat dan melepaskan molekul air, mampu mengembang dan mengerut, bersifat plastis dan mampu menyerap kation dan bersama bahan organik meningkatkan kemampuan mengikat air dan unsur hara,” ujar Syam melanjutkan bila dicampur hasil gerabah yang dihasilkan akan lebih ringan, lebih halus, lebih kuat dan mudah dalam pewarnaan berbeda dengan pemakaian bahan campuran pasir yang membuat gerabah lebih berat, lebih kasar dan membuat tangan pengrajin cepat rusak.

Fatmawati yang juga merupakan sanggota dari team menjelaskan alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah molen, yaitu mesin penggiling atau pencampur bahan baku utama berupa tanah liat hitam, tanah liat kuning dan kompos dari pengolahan limbah peternakan sapi. Perbot atau alat putar, merupakan alat yang berbentuk lempengan bulat untuk membantu dalam proses pembentukan/pemodelan gerabah yang digerakkan dengan kaki.

“Mal atau alat cetak, digunakan untuk mencetak model tambahan untuk gerabah, seperti model daun dan bunga, tungku pembakaran berfungsi untuk melakukan pembakaran gerabah yang telah dikeringkan melalui proses penjemuran. Tungku ini berbentuk bangunan dengan ukuran 2 x 3 meter dengan tinggi 2,5 meter, alat pewarnaan (finishing) sebelum dilakukan pengecatan terlebih dahulu dilakukan proses finishing dengan menggunakan alat penghalus seperti pisau dan ampelas dan alat pengepakan, berupa kayu yang berfungsi untuk mengemas produk gerabah sebelum dilakukan pengangkutan,” jelas mahasiswi angkatan 2004 Sosial Ekonomi Pertanian UGM.

Sedangkan untuk bahan utama yang digunakan adalah tanah liat hitam (Bangunjiwo) dan tanah kuning (Godean) sebagai bahan baku utama. Untuk menghasilkan produk berupa barang-barang keperluan rumah tangga dan peralatan dapur diperlukan tanah liat hitam, sedangkan untuk menghasilkan produk kerajinan yang berkualitas, seperti patung, guci dipergunakan campuran tanah liat kuning dengan perbandingan tertentu.

“Kompos dari limbah peternakan sapi, sebagai bahan pencampur agar tanah liat dapat merekat erat, bahan baku ini diperoleh dari industri peternakan sapi yang ada disekitar wilayah kasongan seperti daerah Wonosari, Sleman, Klaten dan Boyolali. Air, berfungsi untuk melunakkan campuran tanah liat dan kompos sehingga memudahkan dalam membentuk suatu model gerabah. Kayu bakar dan jerami, sebagai bahan penolong dalam proses pembakaran gerabah. Dan cat, sebagai bahan pelengkap agar gerabah mempunyai cita rasa seni sehingga memberikan daya tarik dan keindahan,” lanjut Fatma.

Mereka berharap nantinya hasil dari penelitian ini yang berupa gerabah dapat diminati oleh masyarakat luas, dan semoga saja bisa membuka lapangan pekerjaan baru untuk mereka yang membutuhkan. “Gerabah kotoran sapi ini nantinya banyak masyarakat yang menyukai dan memesan kepada kami dalam jumlah besar. Serta dapat membuka lapangan pekerjaan baru ke depannya,” harap mereka. (cw4)

2 komentar:

Anonim,  31 Januari 2022 pukul 16.50  

Sands Casino | New Mexico's Best Casino, Hotel and
Welcome 메리트카지노총판 to Sands Casino! New Mexico's Best Casino, septcasino Hotel and Hotel, Hotel and Casino is one of the 메리트카지노 largest, most spectacular entertainment, dining and gaming

walbertyamagata 27 Februari 2022 pukul 22.36  

Betway Casino » 100% Up To C$1600 Bonus & 50 FS
Betway offers a variety betmove of different slots, bet table 바카라 양방 사무실 games, and live 바카라시스템 casino games that have taken the players by storm and are 7 포커 족보 a real winner at their

Followers

Text

  ©Template by Dicas Blogger.